Membaca Isu dan Semangat Kembali ke UUD 1945 Naskah Asli di Pelbagai Komunitas
Kegaduhan politik menjelang pemilihan presiden (pilpres) 2024, sepertinya mengerucut pada ujaran leluhur tempo doeloe: ‘sing tuwo ora ngerti tuwone, sing nom kurang toto kromone‘. Entah soal bab pengkhianatan, misalnya, atau hilangnya etika dan moral, ataupun berkurangnya adab dalam politik dan lain-lain semakin menambah kegaduhan jelang 2024.
Pertanyaan mendasar, “Mengapa semua itu terjadi di Bumi Pertiwi yang penduduknya dikenal beradab, memiliki toleransi, santun, tepo seliro, punya kegotong-royongan, nilai musyawarah mufakat, dan lainnya?”
Jawabannya tak lain. Inilah akumulasi dampak pilpres 2004 silam, kali pertama pilpres secara langsung (one man one vote) digelar di republik ini. Apa boleh buat. Model demokrasi ala Barat —one man one vote— hasil produk Amandemen UUD 1945 (1999-2002) atau kerap disebut UUD 2002 merupakan ‘kudeta konstitusi’ yang dilakukan oleh asing cq National Democratic Institute (NDI) melalui proxy dan para operator lokal.
Tak bisa dipungkiri, bahwa amandemen empat kali UUD 1945 oleh kaum reformis gadungan mengakibatkan konstitusi kita sekarang berubah individualistik, liberal, kapitalistik serta menafikan dan mengubur Pancasila selaku falsafah bangsa. Penelitian Prof Kaelan dari UGM membuktikan, bahwa 95% pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945, telah diganti. Bukan sekadar diubah atau diamandemen.
Lantas, masih layakkah konstitusi —UUD 2002— tersebut dipertahankan, sedang daya hancurnya sangat dahsyat bagi kerusakan bangsa dan negara ini?
2024 adalah pertaruhan alias titi wancine. Mungkin tiba saatnya. Bangsa ini bangkit, berubah atau punah? Ya. Perubahan adalah keniscayaan. Perubahan tak bisa dibendung. Tan kena tinambak srana. Itu suratan hidup dan kehidupan bagi apapun entitas dan/atau organisme di muka bumi yang lahir, tumbuh —berubah— berkembang, atau susut, lalu punah seperti Uni Soviet, Turky Utsmaniyah, dan lainnya.
Selanjutnya bila perubahan itu dianalogikan pada fase telor pada kehidupan, maka perubahan dari sisi dalam disebut menetas, lahir kehidupan baru yang lebih baik. Sedang perubahan dari sisi luar bagi si telor, niscaya tak akan jadi apa-apa, bahkan cenderung pecah. Enaknya dibuat ceplok telor, ndog dadar atau omlet.
Timbulnya kesadaran dari berbagai elemen bangsa serta maraknya gerakan untuk kembali ke UUD 1945 sesuai naskah asli di satu sisi, sebenarnya merupakan kesadaran publik yang mencengangkan karena rakyat sudah mengerti tentang hulu persoalan bangsa serta memahami sumber kegaduhan selama ini. Namun, di sisi lain — gerakan suci lagi mulia tersebut bersifat sektoral alias sendiri-sendiri, mengapa tidak bersatu-padu?
Jika merujuk analogi telor di atas, perubahan dari dalam yang digelorakan oleh DPD RI melalui Ketuanya LaNyalla Mattalitti telah disampaikan resmi dalam Pidato Kenegaraan pada tanggal 16 Agustus 2023 di depan Presiden, Wakil Presiden, para Ketua Lembaga Tinggi Negara lain, tamu undangan, serta disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia via media elektronik.
Seyogianya gerakan suci penyelamatan bangsa dan negara yang dari sisi luar, menyatu dengan gerakan dari (sisi) dalam yang telah diinisiasi oleh DPD RI pada forum kenegaraan di atas.
Ya. Adzan telah dikumandangkan, sebentar lagi qomat. Siapa akan ditunjuk menjadi imam? Itu area ilahiyah. Rahasia-Nya. Setiap manusia menjemput takdirnya masing-masing.
Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak tamu tak diundang dari rerumpun kembang sore dan bunga-bunga sedap malam.
Cawang, 24 Oktober 2023