Cerpen Kecil Geopolitik
Kata lain karakter itu tabiat, watak, kepribadian, dan lainnya. Menurut KBBI, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang orang lain.
Terkait judul catatan kecil lagi tak ilmiah ini, tampaknya ada ‘tabiat ausignares’ dari orang Australia. Ya. Ausignares ialah karakter bebal, pongah, dan senang mencuri informasi untuk menaikkan posisi tawar dalam kerja sama. Sekali lagi, inti poin watak tersebut yang mutlak diwaspadai ialah senang mencuri informasi guna meningkatkan daya tawar dalam sebuah kerja sama.
Dalam konteks (geo) politik, bahwa sikap ausignares cenderung mengekspresikan naluri pemberontak dari kaum keturunan kriminal yang butuh simpati. Itu hanya tambahan narasi tentang ausignares selaku kepribadian.
Mengapa begitu?
Tak dapat dipungkiri, bahwa sejarah Australia diawali pada tanggal 26 Januari 1788-an, ketika 11 (sebelas) kapal merapat ke Sydney Harbour menurunkan 1.500-an narapidana. Dan agaknya hingga kini, dalam beberapa hal justru mereka bangga serta mempertahankan watak sebagai kaum yang mudah datang, mudah pergi, kaum yang sedikit tinggi, sedikit rendah. Kaum yang mudah membunuh dengan pistol menyalak, lalu bahagia ketika musuh sudah tewas. Akan tetapi, penggal cerita di atas merupakan bagian masa lalu bangsa Australia.
Pertanyaan menarik yang muncul adalah, “Apakah kini mereka masih mempertahankan serta melembagakan karakter (ausignares) itu dalam konteks hubungan kerja sama?”
Menjawab pertanyaan di atas, terutama dalam konteks geopolitik —clue cerpen ini— kita tidak perlu jauh membahas lepasnya Timor-Timur, apakah gegara Australia punya informasi ada deposit energi miliaran barel di Celah Timor (Timor Gap) lalu ia berupaya merebut dengan beragam dalih; atau tidak usah mengkaji mengapa Pulau Pasir dan Pulau Christmas yang secara (geo) posisi lebih dekat ke Indonesia, namun justru diklaim sebagai bagian teritori Australia. Tak perlu. Kedua isu di atas terkait kedaulatan negara. Nanti bisa meluas kemana-mana.
Baiklah, kita bahas isu-isu ringan yang terjadi dekade kemarin serta yang barusan sempat heboh. Antara lain contohnya:
Pertama, disadapnya Presiden SBY dan 9 (sembilan) jajaran petinggi negara, termasuk Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla dan the firs lady pada masanya, Ani Yudhoyono (almarhumah), merupakan bukti bahwa karakter ausignares masih melekat pada orang Australia bahkan ‘terlembaga’ pada model pemerintahannya. Kenapa begitu, bahwa dalam dokumen bocoran dari Edward Snowden, mantan kötraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), Amerika Serikat, intelijen elektronik Australia alias Defence Signals Directorate (DSD) telah melacak kegiatan SBY melalui telpon genggamnya, Nokia, selama 15 hari pada Agustus 2009 tatkala Australia dipimpin oleh PM Kevin Rudd dari Partai Buruh. Tetapi, informasi penyadapan dibocorkan oleh Snowden pada era PM Tony Abbot (2013). Dan atas kejadian tersebut, Indonesia melalui Menlu pada masanya, Marty Natalegawa, melakukan protes keras, dan Abbot berdalih hendak menyelidiki kebenaran isu tersebut;
Kedua, munculnya rumor bahwa Australia menyadap Indonesia jelang KTT G20 ke-17 di Bali kemarin, meski akhirnya ‘tidak terbukti’ — namun akibat rumor dimaksud, setidak-tidaknya memberikan gambaran kepada publik global akan melekatnya watak ausignares orang Australia yakni senang mencuri informasi guna menaikkan posisi tawar dalam kerja sama.
Inilah sekilas cerpen geopolitik tentang karakter ausignares. Tidak ada maksud menggurui siapapun khususnya para pihak yang berkompeten, hanya sekedar sharing kecil sepenggal wawasan.
Cipinang, 30/11/2022